Skip to main content

Ahmad (I)

Sebelum memori ini termakan usia, sebelum sesuatu membuatku lupa, maka izinkanlah aku menulis apa yang ingin kusampaikan dan apa yang kuingat tentangmu. Tentangmu, yang entah sebaiknya ku sebut apa dirimu ini.

Aku masih ingat pertama kali aku mengenalmu saat kita saling mewakili SMP kita masing-masing di acara lokakarya. Bahkan aku tidak ingat apakah kita sempat bercakap waktu itu. Aku hanya tau namamu, itu saja. Sampai akhirnya beranjak SMA, aku kaget mendengar kabar bahwa kau diterima sebagai siswa di SMA idamanku. "Ah mungkin yang diterima disana benar-benar orang yang cerdas", begitu pikirku sembari mencoba ikhlas merelakan mimpi yang sudah kubangun selama 2 tahun lamanya. Kabar selanjutnya yang ku dengar tentangmu adalah ketika kau diterima di universitas yang sama denganku. Senang rasanya, setidaknya biarpun aku tidak diterima di SMA mu pun, aku bisa diterima di universitas yang sama denganmu. I'm not that bad.

Aku tidak pernah berbicara denganmu sebelumnya. Bahkan aku tak ingat kapan pertama kali aku berbicara denganmu. Tidak ada yang spesial darimu dimataku. Ini yang aku tau tentangmu saat itu:
 - orang yang berhasil menduduki tempat impianku
- orang yang terkenal, banyak teman (terutama perempuan), disukai semua orang
- pandai berbicara dan berargumen
- sorry to say, high class (dont ask me why)
- aku tidak cocok denganmu (sebelumnya aku pernah mengenal orang sepertimu dan menurutku cukup itu yang terakhir).
Terlalu jugmental memang.

Aku ingat pertama kali mengobrol dengamu, di atas kuda besimu, malam hari, saat kita sedang ikut membagikan nasi sebagai kegiatan rutin komunitas kita. "Tau nggak prospek kerja apa yang cocok dilakuin di malem hari dan untungnya lumayan?" tanyamu malam itu, sembari tetap fokus menyetir. "Apa coba?" jawabku balik tanya. "Nggak tau? Tukang kerok. Coba perhatiin, banyak yang pake pakaian mini. Kasihan mereka pasti masuk angin." Entahlah, mungkin itu sebagai awal yang baik untuk bisa mengobrol denganmu, in another moment.

Ada momen yang kemudian membuatmu mengawali chat denganku. Membujukku untuk kembali ke komunitas, karena saat itu aku memang sedang ingin meninggalkannya karena urusan pribadi. Aku masih ingat saat itu justru kau balik bercerita kepadaku tentang bagaimana sudut pandangmu. Kalau tidak salah 50 chat darimu aku terima malam itu setelah aku selesai tampil menari perdanaku di fakultas sebelah. Kaget rasanya. Bagaimana bisa kau bercerita panjang lebar denganku?
Kemudian kita banyak sharing tentang apa yang menjadi permasalahan komunitas kita. Sampai akhirnya, entah ada angin apa, kau memilihku menjadi wakilmu untuk menggarap event komunitas bersama. Ya, mungkin momen ini yang mengawali semuanya.

Aku ingat momen pertama kali aku bercerita tentang hal diluar komunitas padamu, saat kita naik kreta bersama. Dan aku ingat pertama kali kita berbicara tentang hal yang jauuh lebih dalam dari itu, ketika aku menemani jam kerjamu di warung kopi. Mulai dari masalah sosial, politik, ekonomi, sampai hal-hal pribadi seperti agama, keluarga, pola pikir, sampai masalah hati. Beberapa hal kita sepakat, beberapa hal kita memiliki sudut pandang yang berbeda. Kau memang teman diskusi yang asyik! Pantas saja banyak yang menyukaimu.

Kedekatan kita rupanya terus berlanjut, hingga orang-orang mulai mempertanyakan hubungan kita. Dan kita hanya bisa menjawab sekenanya. Saat itu yang kita tau adalah kita sama-sama nyaman untuk saling bercerita, bertukar pikiran. Aku ingat, saat ulang tahunmu, aku duduk bersama teman sekamarmu di ruko depan sembari menunggu rombongan yang lain datang untuk sama-sama memberi kejutan untukmu. Aku masih ingat apa yang kukatakan ketika temanmu ini bertanya tentang hubungan kita. "Saya nggak tau mas, saya nggak berani berharap. Dia milik banyak orang. Dia baik sama siapa aja".

Comments

Popular posts from this blog

Ahmad (V)

“Sampai waktu membawaku kembali padamu. Perlahan mengikis luka dan cerita sendu. Lalu bersama memintai doa, kiranya diamini semesta.” Berdamai dengan diri sendiri adalah sesuatu yang sedang aku pelajari sejak kepergianmu saat itu. Aku marah padamu, bahkan juga pada Tuhan. Aku marah atas sikapmu. Aku marah pada keadaan. Aku marah, kenapa aku dipertemukan denganmu, kalau akhirnya kau pergi juga? Lalu apa bedanya kamu dengan sebelummu? Lalu lari kemana doa-doaku? Semakin aku marah, semakin aku ingin menjadi egois. Bersikeras untuk acuh kepadamu. Tidak peduli apapun cerita tentangmu. Tidak peduli dengan cibiran orang-orang. Seolah aku berdiri sendiri, menutup telinga dari saran-saran bijak sekalipun. Mereka hanya tidak tahu bagaimana rasanya, pikirku saat itu. Tapi semakin aku marah, justru hatiku semakin sakit. Justru aku tidak berhenti memikirkannya sepanjang hari. Dan justru aku diam-diam mencari tahu tentangmu, yang nyatanya membuatku semakin sakit. Lalu aku merasa ...

Sebelah Mata

Hari ini saya dan teman-teman foto angkatan untuk kedua kalinya. Pertanda bahwa kami sudah dipenghujung perjuangan menjadi seorang mahasiswa. Foto angkatan pertama kali, kami lakukan pada saat menjadi maba. Sengaja kami ambil spot foto yang sama, dengan tema yang sama, dan posisi duduk yang sama, dengan foto 3 tahun lalu. Sejenak saya pandangi teman-teman saya. Begitu banyak hal yang berubah selama 3 tahun ini. Dulunya, teman di depan saya ini tidak begitu memperhatikan penampilan. Tapi lihatlah! Sekarang malah dia yang selalu tampil stylist , bahkan untuk datang kuliah yang hanya 1 matkul sekalipun. Teman saya di ujung sana, dulunya pendiam sekali. Tapi lihatlah! Sekarang justru dia yang sibuk mengajak selfie bersama teman-teman yang lain. Ada lagi yang di sebelah saya ini. Dulu dia sukanya pakai celana jeans ketat. Tapi lihatlah! Bahkan sekarang saya sudah tidak bisa melihat gerak-gerik mulutnya saat dia berbicara . People change. And so do i. Saya flashback ke masa-masa s...

Tentang Sajadah

Hai Blogger! Assalamualaikum.. Apa kabar? Semoga Allah selalu memberikan kita karunia berupa kesehatan dan kekuatan dalam iman islam. Aamiin ya Rabb.. Alhamdulillah, kini tiba saatnya kita menyambut hari kemenangan. Setelah sebulan lamanya menahan lapar dan dahaga. Sebulan lamanya menahan diri dari godaan hawa nafsu dunia. Semoga Allah senantiasa menerima amal ibadah kita. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H ya :) Mohon maaf yg sebesar-besarnya jika ada salah kata dan tingkah laku yg kurang berkenan selama ini. Semoga Allah meluruhkan dosa-dosa kita. Aamiin.. Maaf, agaknya 2 postingan di awal hari ini terkesan sok alim nan suci. Sungguh tidak ada maksud demikian. Ah, biarlah Allah yang menilai. Jadi begini saudaraku, kali ini aku ingin membagi sedikit isi otak ku berkenaan dengan sholat ied nanti. Semoga yg sedikit ini bermanfaat ya. Ini tentang sajadah. Hingga detik ini, masih banyak orang-orang non muslim yang menginginkan perpecahan islam. Segala cara dilakukan, sepert...