Skip to main content

Ahmad (III)

"Mencintai seseorang itu bukan cuma menyukai kepribadian orang itu aja, tapi  juga mencintai paketnya. Nggak bisa kamu cuma suka ke anaknya aja, tapi kamu juga harus nerima orang tuanya, temen-temennya, keluarga sama lingkungannya. Itu namanya mencintai sepaket."

Aku suka dengan konsep 'paket' ini. Terlebih dengan caramu mempraktekkannya. Aku bukan orang yang mudah percaya diri, kau pun tau itu minus dari 'paket'ku. Tapi kau selalu bilang, "selama minus dari paket itu bisa diubah jadi lebih baik, kenapa nggak? Ayo saling memperbaiki 'paket' kita masing-masing." Jawabanmu selalu melegakan, dan selalu dapat diterima olehku. Tidak menyalahkan, justru membantu memperbaiki.

Kata siapa menerima 'paket' orang itu mudah? Aku pun masih perlu banyak belajar untuk menerima 'paket'ku sendiri, disamping menerima 'paket'mu. Semua orang tau kau baik dengan siapapun. Dengan teman-temanmu, dengan mantanmu, bahkan dengan perempuan yang telah membuatmu menangis sekalipun. Itu paketmu. Aku tau kau sangat menghargai mereka. Aku yakin kau juga pasti tau bagaimana cemburunya seorang perempuan. Tapi lagi-lagi penjelasanmu bisa diterima oleh nalarku untuk membuatku tidak khawatir dan salah paham.

Kita punya konsep yang berbeda tentang bagaimana menempatkan seseorang dalam hidup kita. Kau mengibaratkan dirimu dengan 'rumah'. Siapapun boleh bertamu ke 'rumah'mu. Ada tamu yang kau jamu di ruang tamu, ada yang kau persilakan untuk masuk sampai ke dapurmu, dan ada juga tamu yang kau izinkan menginap dan membantumu menjaga rumah. Tamu spesial rupanya.

"Trus gimana kalo tamu spesialmu itu pengen pergi?".
"Aku nggak akan maksa dia untuk tetap tinggal kalo memang dia pengen pergi."
"Trus gimana kalo dia mau balik lagi ke rumahmu?"
"Ya akan tetep aku jamu, aku izinkan masuk, meskipun sakit. Tapi mungkin akan berbeda caraku menjamu, nggak seperti yang dulu. Bahkan ketika aku kedatangan tamu spesial yang lain, aku bakal jelasin kalo sebelumnya ada tamu yang mau bantuin aku menata rumah ini. Kayak misalnya, meja ini dia yang bantu pasang disini, atau stiker ini dia yang bantu pasang disitu. Selama tatanan dia menurutku baik buat aku, ya akan aku pertahankan. Tapi kalo aku mulai merasa perlu aku ubah, ya aku ubah. Misalnya lagi, tamuku itu dateng lagi, sedangkan aku kedatangan tamu spesial lain di dalam. Aku bakal jelasin ke dia, kalau sekarang sudah ada orang lagi yang mau membantuku menata rumah. Itu caraku menghormati tamu-tamuku. Kewajibanku cuma menjadi tuan rumah yang baik."

Kosep 'rumah'mu berbeda dengan milikku rupanya.

"Aku nggak bisa kayak kamu. Kalo diibaratkan rumah dan tamu, mungkin sekarang kamu yang jadi tamu spesialku. Tapi ketika kamu memutuskan untuk pergi, aku akan menutup pintuku. Aku akan fokus membenahi rumahku sendiri, mencari tau kira2 apa yang membuat tamu spesialku tidak betah dan pergi. Aku bakal buka lagi pintuku ketika aku sudah siap. Sekalipun tamuku itu kamu."
"Wah ya nggak bisa kayak gitu, itu namanya kamu menutup pintu kasih sayang Allah buat kamu. Gimana kalo ternyata ada tamu yang mau nganterin titipannya Allah, tapi kamunya ngunci pintu?"
"Aku bakal tutup pintu. Allah pasti tau kapan aku siap nerima tamu lagi."
"Loh sekarang gini deh, ibaratnya kamu buka toko, ada pembeli mau beli cutter. Tokomu ngga jual cutter, trus kamu mau bilang apa?"
"Ya bilang aja nggak jual."
"Gini gini, kalo kamu kayak gitu, kira-kira dia bakal mampir ke tokomu lagi nggak? Kecil peluangnya. Beda lagi kalo kamu bilang 'stoknya lagi habis, datang lagi besok ya'. Orang itu bakal berpeluang balik lagi ke tokomu karena kamu jual barangnya, cuma memang waktu itu stoknya habis. Aku cuma nggak mau kamu melewatkan kesempatan yang Allah kasih ke kamu."
"Konsep yang ini biar aku pegang konsepku sendiri ya? Kalo kamu memang mau pergi, nggakpapa pergi aja. Live your life and i live mine."
"Aku nggak bisa. Aku tetep masih punya tanggung jawab untuk itu. Aku nggak mau jadi penyebab kamu nutup pintu."

Dari sekian banyak konsep yang kita buat, mungkin ini yang belum benar-bener bisa diterima nalarku dan hatiku..

Comments

Popular posts from this blog

Ahmad (V)

“Sampai waktu membawaku kembali padamu. Perlahan mengikis luka dan cerita sendu. Lalu bersama memintai doa, kiranya diamini semesta.” Berdamai dengan diri sendiri adalah sesuatu yang sedang aku pelajari sejak kepergianmu saat itu. Aku marah padamu, bahkan juga pada Tuhan. Aku marah atas sikapmu. Aku marah pada keadaan. Aku marah, kenapa aku dipertemukan denganmu, kalau akhirnya kau pergi juga? Lalu apa bedanya kamu dengan sebelummu? Lalu lari kemana doa-doaku? Semakin aku marah, semakin aku ingin menjadi egois. Bersikeras untuk acuh kepadamu. Tidak peduli apapun cerita tentangmu. Tidak peduli dengan cibiran orang-orang. Seolah aku berdiri sendiri, menutup telinga dari saran-saran bijak sekalipun. Mereka hanya tidak tahu bagaimana rasanya, pikirku saat itu. Tapi semakin aku marah, justru hatiku semakin sakit. Justru aku tidak berhenti memikirkannya sepanjang hari. Dan justru aku diam-diam mencari tahu tentangmu, yang nyatanya membuatku semakin sakit. Lalu aku merasa ...

Sebelah Mata

Hari ini saya dan teman-teman foto angkatan untuk kedua kalinya. Pertanda bahwa kami sudah dipenghujung perjuangan menjadi seorang mahasiswa. Foto angkatan pertama kali, kami lakukan pada saat menjadi maba. Sengaja kami ambil spot foto yang sama, dengan tema yang sama, dan posisi duduk yang sama, dengan foto 3 tahun lalu. Sejenak saya pandangi teman-teman saya. Begitu banyak hal yang berubah selama 3 tahun ini. Dulunya, teman di depan saya ini tidak begitu memperhatikan penampilan. Tapi lihatlah! Sekarang malah dia yang selalu tampil stylist , bahkan untuk datang kuliah yang hanya 1 matkul sekalipun. Teman saya di ujung sana, dulunya pendiam sekali. Tapi lihatlah! Sekarang justru dia yang sibuk mengajak selfie bersama teman-teman yang lain. Ada lagi yang di sebelah saya ini. Dulu dia sukanya pakai celana jeans ketat. Tapi lihatlah! Bahkan sekarang saya sudah tidak bisa melihat gerak-gerik mulutnya saat dia berbicara . People change. And so do i. Saya flashback ke masa-masa s...

Tentang Sajadah

Hai Blogger! Assalamualaikum.. Apa kabar? Semoga Allah selalu memberikan kita karunia berupa kesehatan dan kekuatan dalam iman islam. Aamiin ya Rabb.. Alhamdulillah, kini tiba saatnya kita menyambut hari kemenangan. Setelah sebulan lamanya menahan lapar dan dahaga. Sebulan lamanya menahan diri dari godaan hawa nafsu dunia. Semoga Allah senantiasa menerima amal ibadah kita. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H ya :) Mohon maaf yg sebesar-besarnya jika ada salah kata dan tingkah laku yg kurang berkenan selama ini. Semoga Allah meluruhkan dosa-dosa kita. Aamiin.. Maaf, agaknya 2 postingan di awal hari ini terkesan sok alim nan suci. Sungguh tidak ada maksud demikian. Ah, biarlah Allah yang menilai. Jadi begini saudaraku, kali ini aku ingin membagi sedikit isi otak ku berkenaan dengan sholat ied nanti. Semoga yg sedikit ini bermanfaat ya. Ini tentang sajadah. Hingga detik ini, masih banyak orang-orang non muslim yang menginginkan perpecahan islam. Segala cara dilakukan, sepert...